RELEVANSI PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL
Pada zaman kolonial Belanda tahun 1854 beberapa bupati meinisiasi pendidikan dengan mendirikan sekolah kabupaten yang hanya diperuntukkan bagi calon pegawai. Pada saat yang bersamaan di dirikanlah sekolah Bumiputera yang hanya memiliki 3 kelas dimana anak-anak diajarkan membaca, menulis dan berhitung seperlunya guna membantu bisnis pemerintah kolonial Belanda. Selain itu, pemerintah kolonial juga memberikan pendidikan bagi calon mudir dokter Jawa guna mendapatkan pembelajaran. Pembelajaran yang diberikan Belanda ada maksud dan kepentingan lain, yaitu guna menangani wabah cacar air disepanjang pantai utara pulau Jawa karena khawatir angka kematian penduduk yang tinggi akan berdampak pada hasil panen mereka.
Pendidikan dengan sistem Barat menurut Ki Hadjar Dewantara dapat menyebabkan rusaknya budi pekerti anak. Paksaan dan hukuman dalam proses pendidikan dapat memperlemah mentalitas anak-anak di kemudian hari. Pendidikan sistem Barat hanya menghasilkan manusia-manusia pasif yang rendaha kesadarannya untuk berkreasi secara mandiri (Samho, 2017). Pengajaran yang diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda hanya memberikan kepandaian intelektual. Tujuan dari pendidikannya hanya untuk menghasilkan orang-orang intelektual untuk mengisi posisi pekerja di administrasi atau pabrik pemerintah kolonial Belanda.
Sistem pendidikan masa kolonial tidak dapat menjadikan
warga pribumi belajar sepenuhnya. Melihat fenomena tersebut, Ki Hadjar
Dewantara mengorganisir dan memperbarui pendidikan nasional dengan mendirikan
Taman Siswa pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Taman Siswa berdiri sebagai gerbang
emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Pandangan Ki Hadjar Dewantara
tentang pendidikan terlihat dari konsep mengenai Tri Pusat Pendidikan, bahwa
dalam kehidupan anak-anak, terdapat tiga tempat penting yang
menjadi pusat pendidikan bagi mereka, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan
alam pergerakan pemuda (Utami dkk, 2020: 95).
Melalui
Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara ingin melakukan perubahan terhadap sistem
pendidikan Barat yang selama ini diterima oleh rakyat bumiputera. Maka dari
itu, diterapkannya pendekatan pembelajaran baru di Taman Siswa yang berbeda
dengan sistem pendidikan Barat, yakni Sistem Among. Melalui Taman Siswa
diharapkan pendidikan yang berdasarkan karakter dan budaya Indonesia dapat
membuat peserta didik menggali potensi yang mereka miliki dan bisa berekspresi
secara kreatif, mandiri, bertanggung jawab dan merdeka.
Dari konsep tersebut lahirlah istilah Tripusat
Pendidikan yang menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional meliputi tiga hal,yaitu pendidikan keluarga, pendidikan
sekolah dan pendidikan masyarakat. Selain konsep Tri Pusat
Pendidikan, Ki Hadjar Dewantara juga mencetuskan lima asas pendidikan yang
dikenal dengan Pancadharma, yaitu: Kodrat alam, Kemerdekaan, Kebudayaan, .Kebangsaan
dan Kemanusiaan.
Asas kodrat alam memiliki makna bahwa
secara lahiriah akal pikiran manusia dapat berkembangdan dikembangkan. Kemudian
asas kemerdekaan dapat diartikan bahwasanya para peserta didik diarahkan untuk
merdeka secara lahir dan batin baik pikiran maupun tenaganya dimana merekatidak
hanya diberikan pengetahuan searah, tetapi juga diberi kebebasan untuk merdeka
dalam mengembangkan diri mereka secara mandiri. Asas ketiga ialah kebudayaan,
yaitu asas yang menyadarkan peserta didik bahwa pendidikan didasari sebagai
sebuah proses yang dinamis. Selanjurnya adalah asas kebangsaan yang
artinya alam belajar peserta didik harusmenimbuhkan rasa cinta tanah air dalam dunia
mereka. Terakhir adalah asas kemanusiaan dimana diharapkan pendidikan dapat mengatasi segala
perbedaan dan diskriminasi daerah, suku,keturunan dan agama.
Konsep
dan filosofi Ki Hadjar Dewantara inilah yang menjadi pedoman serta acuan bagi perkembangan pendidikan di Indonesia
hingga saat ini. Salah satunya adalah dikembangkannya Kurikulum Merdeka supaya
siswa dapat memilih apa yang diminatinya dalam pembelajaran sehingga nantinya
tujuan dari pendidikan nasional tercapai, yaitu merdeka belaajar, merdeka mengajar
untuk Indonesia merdeka sesungguhnya.
Dengan
dasar kultural nasional pada Sistem Among yang digunakan dalam mendidik siswa
mempunyai tujuan untuk melakukan penyadaran terhadap bentuk kolonialisme
Belanda yang selama ini terjadi di Indonesia. Diharapkan dengan adanya Sistem
Pendidikan Nasional dengan Sistem Among, dapat melahirkan jiwa-jiwa
nasionalisme, tidak terkekang dan tidak pantang menyerah dalam meraih
kemerdekaan. Pada dasarnya manusia memiliki kodrat sebagai individu yang
merdeka lahir batinnya. Pendidikan yang bertujuan sebagai alat memerdekakan
siswa, agar siswa dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain dan
dapat mengatur dirinya sendiri (Utami
dkk, 2020: 98).
Sumber :
Comments
Post a Comment